Pada kesempatan sebelumnya kita sudah ulas secara ringkas budidaya tanaman bawang merah, petunjuk teknis tata cara budidaya bawang merah yang baik agar diperoleh hasil yang secara ekonomi menguntungkan petani. Perlu menjadi perhatian bagi para petani bahwa selama prosesnya (penanaman s.d panen), sangat dimungkinkan bahwa tanaman bawang merah yang ditanam mengalami berbagai gangguan selama pertumbuhannya dan sudah seharusnya menjadi perhatian serius bagi para petani untuk dapat mengidentifikasi dan menemukan solusi agar tanaman bawang merah yang ditanam tetap kuat dan sehat dari berbagai macam gangguan yang didapati. Hal ini yang nantinya akan menentukan pula kualitas, kuantitas hingga harga jual yang nantinya diperoleh petani dari hasil tanaman bawang merah yang dibudidayakannya.
Ada baiknya kita coba telaah dan pelajari bersama hal-hal yang berkenaan dengan organisme penggangu tanaman (OPT) pada tanaman bawang merah, yang barangkali tidak dikenal atau sudah dikenal serta terjadi pada tamanan bawang merah yang sedang dibudidayakan, supaya kita dapat mengantisipasi, mencegah atau mengobati tanaman bawang merah dibudidayakan.
1. Hama–hama penting pada bawang merah
a. Lalat Pengorok Daun (Liriomyza chinencis)
Gejala : Daun bawang yang terserang ditandai dengan adanya bintik-bintik putih akibat tusukan ovipositor lalat betina dan liang korokan larva yang berkelok–kelok pada daun bawang. Serangan berat mengakibatkan hampir seluruh helaian daun penuh dengan korokan, sehingga menjadi kering dan berwarna coklat seperti terbakar.
Cara pengendalian :
- Mengumpulkan daun yang terserang lalu dimasukkan ke dalam kantong plastik kemudian diikat dan dimusnahkan
- Melakukan pemasangan perangkap kuning berperekat (oli) yang terbuat dari kertas atau plastik kuning dengan ukurun 16 cm x 16 cm kemudian ditempelkan pada triplek atau kaleng dengan ukuran yang sama lalu dipasang pada tiang bambu yang tingginya maksimal 60 cm. Jumlah perangkap yang digunakan untuk setiap ha pertanaman bawang merah adalah sekitar 80 s.d 100 buah
- Melakukan penangkapan pengorok daun dewasa menggunakan traping berjalan dengan ukuran tinggi 30 s.d 50 cm lebar disesuaikan dengan lebar bedengan dengan bentuk melengkung. Traping diolesi bahan yang dapat merekatkan serangga pada traping
- Menggunakan musuh alami tabuhan Ascecodes sp, Opius sp, Hemiptorsemus voricornis, Gronotoma sp
- Apabila serangan telah mencapai 10% dapat dilakukan penyemprotan dengan pestisida efektif dengan dosis sesuai anjuran berbahan aktif bensultap, klorfenapir dan siromazin.
b. Ulat Bawang (Spodoptera exigua Hubn)
Gejala : Gejala serangan tampak pada daun berupa bercak berwarna putih transparan. Begitu menetas dari telur ulat masuk ke dalam daun dengan jalan melubangi ujung daun pada saat stadia larva kemudian menggerek permukaan bagian dalam daun, sedangkan bagian epidermis luar ditinggalkan. Serangan lebih lanjut menyebabkan daun mengering. Jika populasi ulat banyak, dapat menyerang umbi. Serangan lebih lanjut menyebabkan daun terkulai dan mengering.
Cara pengendalian :
- Melakukan pergiliran tanaman dengan jenis tanaman yang bukan inang (tanaman palawija) untuk musim tanam selanjutnya
- Melakukan penanaman secara serentak
- Mengumpulkan kelompok telur dan ulat bawang, lalu dimasukkan ke dalam kantong plastik kemudian dimusnahkan.
- Untuk mengendalikan imago/kaper ulat bawang dapat menggunakan perangkap lampu yang dipasang secara serentak pada satu hamparan. Pengendalian model ini dengan menggunakan lampu perangkap yang dipasang di sawah dengan jarak 20 x 20 m, sehinga tiap hektarnya terdapat 25 s.d 30 lampu atau titik. Setiap titik terdiri dari lampu neon beserta fitingan, bak penampung yang berisi air detergen, kayu penyangga, paku dan kabel. Jarak mulut bak dengan tanaman tidak lebih dari 40 cm. Sedangkan jarak lampu dengan mulut bak kurang lebih 7 cm. Untuk menghindari hujan di atas lampu diberi pelindung. Lampu dinyalakan secara serentah sejak matahari terbenam sampai dengan menjelang matahari terbit.
- Menggunakan musuh alami capung, kepik parasitoid Polites sp, lalat Tritaxys braueri, Cuposera varia, lebah Telenomus sp, parasit Apanteles sp, semut api dan agen hayati SE-NPV
- Apabila populasi kelompok telur pada musim kemarau telah mencapai 1 kelompok/10 rumpun atau 5% daun sudah terserang/rumpun dan pada musim hujan terdapat 3 kelompok telur/10 rumpun atau 10% daun sudah terserang /rumpun dilakukan penyemprotan dengan insektisida efektif yang berbahan aktif profenofos, betasiflutrin, tiodikarb, karbofuran.
c. Trips (Thrips tabaci Lind & Thrips parvisipunus Karny)
Gejala : Sasaran serangan adalah daun muda dan pucuk daun. Nimfa dan imago menyerang bagian tersebut dengan jalan menggaruk atau meraut jaringan daun muda dan menghisap cairan selnya. Secara visual daun yang terserang berwarna putih mengkilap seperti perak dan kemudian berubah kecoklatan dan berbintik hitam. Bila serangan berat seluruh daun bisa berwarna putih. Pada serangan berat dapat mengakibatkan umbi menjadi kecil dengan kualitas rendah. Trips dapat juga dijumpai pada umbi bawang merah pada saat panen kemungkinan ikut terbawa ke tempat penyimpanan dan dapat merusak bagian lembaga umbi bawang merah. Serangan berat ini terjadi pada suhu rata–rata di atas suhu normal yang disertai hujan rintik-rintik dan kelembaban udara di atas 70%.
Cara pengendalian :
- Melakukan pergiliran tanaman dengan tanaman yang bukan inangnya
- Penanaman dilakukan secara serentak sekitar pertengahan Mei sampai awal Juni
- Menggunakan musuh alami kumbang macan/kumbang helm predator Coccinellidae
- Melakukan pengamatan dengan interval minimal satu minggu dua kali
- Melakukan pemasangan perangkap berwarna kuning berperekat, sebanyak 80 s.d 100 buah/hektar
- Gunakan Nematoda Entomo Patogen ( NEP ) bila telah dijumpai populasi
- Apabila populasi dan serangan terus meningkat dilakukan pengendalian dengan insektisida efektif yang berbahan aktif betaslifutrin, piraklos.
d. Ulat Tanah (Agrotis ipsilon)
Gejala : Ulat aktif pada malam hari. Ulat menyerang leher batang dengan memotong-motong bagian tersebut. Potongan–potongan tanaman tersebut sering ditarik/dibawa ke tempat persembunyiannya. Ulat bersembunyi di dalam tanah dan aktif menyerang pada sore s.d malam hari sekitar jam 5 s.d 7.
Cara pengendalian :
- Melakukan pergiliran tanaman dengan tanaman yang bukan inangnya atau tingkat keinangannya rendah (tanaman palawija)
- Melakukan pengolahan tanah sebaik-baiknya sehingga pupa maupun ulat mati terkena sinar matahari.
- Memusnahkan ulat yang dijumpai di sekitar tanaman inang
- Menggunakan lampu perangkap seperti pengendalian pada ulat bawang
- Menggunakan musuh alami Coccinella repanda, Goniophona, Tritaxys braneri
2. Penyakit–Penyakit Penting Pada Bawang Merah
Pada umumnya penyakit yang sering menyerang tanaman bawang merah disebabkan oleh cendawan, terutama disebabkan oleh lahan yang selalu lembab sehingga memungkinkan cendawan berkembang dengan baik. Beberapa jenis penyakit penting yang menyerang tanaman bawang merah, antar lain :
a. Layu Fusarium (Fusarium oxysporum Hanz)
Gejala : Sasaran serangan adalah bagian dasar dari umbi lapis. Daun bawang menguning dan terpelintir layu (mboler) serta tanaman mudah tercabut. Umbi yang terserang akan menampakkan dasar umbi yang putih karena massa cendawan dan umbi membusuk dimulai dari dasar umbi. Apabila umbi lapis dipotong membujur terlihat adanya pembusukan berawal dari dasar umbi meluas baik ke atas maupun samping Serangan lebih lanjut menyebabkan kematian, dimulai dari ujung daun kemudian menjalar ke bagian bawah.
Cara pengendalian :
- Melakukan pergiliran tanaman dengan tanaman yang bukan inangnya atau tingkat keinangannya rendah (tanaman palawija).
- Menggunakan benih yang bebas penyakit
- Menggunakan pupuk organik dengan penambahan agens hayati Gliocladium sp atau Trichodherma pada setiap lubang tanam
- Drainase dijaga sebaik mungkin
- Memberi perlakuan benih sebelum ditanam dengan 100 gr fungisida per 100 kg umbi benih di daerah endemis
- Melakukan penyiraman/sirat untuk pencucian daun setelah hujan reda
- Menjaga tanaman/umbi jangan sampai terluka akibat perlakuan sewaktu pemeliharaan maupun panen
b. Bercak Ungu/trotol (Alternaria porri)
Gejala : Cendawan Alternaria porri menimbulkan gejala bercak melekuk pada daun, berwana putih atau kelabu. Pada serangan lanjut, terdapat bercak-bercak menyerupai cincin, berwarna agak ungu dengan tepi agak merah atau keunguan dan dikelilingi oleh bagian berwarna kuning yang dapat meluas ke atas atau ke bawah bercak dan ujung daunnya mengering. Ujung daun mengering bahkan dapat patah Pada saat atau setelah panen biasanya dapat terjadi infeksi pada umbi, sehingga umbi membusuk dan berair yang bermula dari bagian leher umbi dan umbi berwarna kuning atau merah kecoklatan. Serangan berat mengakibatkan jaringan umbi mengering dan berwarna gelap.
Cara pengendalian :
- Melakukan pergiliran tanaman dengan tanaman yang bukan inangnya atau tingkat keinangannya rendah (tanaman palawija).
- Menggunakan benih yang berasal dari tanaman sehat, tidak keropos dan tidak terdapat luka pada kulit/terkelupas dan warna mengkilap
- Menanam umbi dari kultivar toleran
- Melakukan sanitasi dan pembakaran sisa–sisa tanaman yang sakit
- Menjaga lahan tidak tergenang air dengan membuat saluran drainase sebaik mungkin
- Mengadakan penyiraman dipagi hari
- Jika terjadi hujan pada siang hari, maka tanaman segera disiram dengan air bersih untuk menghindari patogen yang menempel pada daun
- Menggunakan pupuk organik dengan penambahan agens hayati Trichodherma pada setiap lubang tanam
- Apabila masih ditemukan gejala serangan dapat dilakukan penyemprotan dengan fungisida efektif yang dianjurkan yang berbahan aktif klorotalonil, mankoseb, promineb, difenokonazol
c. Antraknosa (Collectrotichum gloeospoiroides)
Gejala : Tampak bercak putih pada daun yang terserang dengan ukuran antara 1 s.d 2 mm. Bercak putih tersebut berkembang dan melebar kemudian berubah warna menjadi putih kehijauan. Tanaman bawang dapat mati mendadak karena daun bagian bawah pangkal mengecil. Apabila infeksi berlanjut spora akan terlihat dengan koloni berwarna merah muda kemudian berubah menjadi coklat gelap dan akhirnya menjadi kehitam hitaman.
Cara Pengendalian :
- Mengatur waktu tanam yang tepat yaitu penanaman pada musim kemarau
- Menggunakan benih yang berasal dari tanaman sehat dan bebas bibit penyakit
- Menanam kultivar yang toleran terhadap antraknosa
- Melakukan pergiliran tanaman dengan tanaman bukan inang (tanaman palawija) pada musim tanam selanjutnya
- Melakukan sanitasi dan pemusnahan tanaman sakit
- Memberikan perlakuan benih sebelum ditanam yaitu 100gr fungisida per 100 kg umbi benih pada daerah endemis
- Perbaikan saluran drainase
- Apabila masih ditemukan gejala serangan dapat dilakukan penyemprotan dengan fungisida efektif yang dianjurkan berbahan aktif karbendazim
d. Virus mozaik bawang (Onion Yellow Dwarf Virus)
Gejala : Tanaman yang terserang tumbuh kerdil, bentuk daun lebih kecil dibanding daun sehat. Warna daun belang hijau pucat sampai bergaris kekuningan, disertai dengan pertumbuhan daun yang terpilin, sehingga tanaman tampak kerdil meskipun tidak mengalami pemendekan. Umbi menjadi kecil sehingga produksi menjadi rendah
Cara pengendalian :
- Menggunakan benih yang sehat dan baik dan ditanam didaerah bebas virus dengan jarak jauh dari sumber penyakit
- Melarang pemasukan benih dari daerah yang terserang virus ke daerah yang bebas virus
- Melakukan eradikasi tanaman yang menunjukkan gejala dengan mencabut tanaman yang terserang dan memusnahkannya
e. Penyakit Embun Tepung (Sercospora duddie)
Gejala : Daun bagian luar dan umbi tertutup “ bulu-bulu halus “ berwarna ungu yang merupakan massa spora dalam jumlah yang sangat banyak, daun kemudian menjadi layu dan kering. Jika tanaman terinfeksi mampu bertahan hidup, pertumbuhannya terhambat, daun hijau pucat. Serangan dapat menjalar ke umbi yang mengakibatkan umbi membusuk, tetapi lapis luarnya mengering dan berkerut.
Cara pengendalian :
- Penanaman sebaiknya dilakukan pada musim kemarau
- Melakukan pergiliran tanaman dengan tanaman bukan inang (tanaman palawija) pada musim tanam selanjutnya
- Menjaga kebersihan lahan dengan memotong daun daun yang terinfeksi dan membongkarnya
- Menggunakan benih yang sehat dan bebas penyakit
- Memberi perlakuan benih sebelum tanam dengan dosis 100 gr fungisida/100 kg benih atau direndam 0,2 %/lt/kg benih/30 menit (untuk fungisida cair)
- Menjaga kondisi mikroklimat disekitar tanaman tetap kering dengan membuat saluran drainase dengan baik sehingga kelembaban tanah dan udara berkurang
- Apabila masih ditemukan gejala serangan dapat dilakukan penyemprotan dengan fungisida efektif yang dianjurkan/terdaftar.
Sumber :
- http://balitsa.litbang.pertanian.go.id› Balai Penelitian Tanaman Sayuran
- STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL BUDIDAYA BAWANG MERAH, Direktorat Budidaya Tanaman Sayuran dan Biofarmaka, Direktorat Jenderal Hortikultura, Kementrian Pertanian